Malam
itu, ku lihat ayah masih terjaga di meja kerjanya. Tatapannya kosong, jauh
menerawang. Ekspresinya sendu, seperti ia sedang mengkhawatirkan sesuatu. Aku
datang sambil membawakan secangkir teh hangat dan duduk disampingnya.
“Apa yang sedang kau pikirkan
ayah?” kataku. Ia hanya tersenyum sembari melepas
kacamatanya. Lalu berkata,
“Kau sudah tumbuh semakin cantik,
persis seperti bayanganku ketika aku mengumandangkan azan ditelingamu. Serasa
baru kemarin, semua berlalu begitu cepat.”
Aku
terdiam, aku melihat sorot matanya yang dalam, tetapi tidak berbinar.
Tatapannya seperti orang sedang khawatir. Sambil membelai rambutku, ia
melanjutkan kalimatnya:
“Apakah menurutmu, aku sosok ayah
yang tak peduli?”
“Untuk beberapa hal, iya”
jawabku. Ayah tersenyum dan menyeruput teh hangatnya.
“Aku memang selalu begitu, tapi
aku tak pernah berhenti menguping kala kau bercerita pada ibumu tentang segala
hal. Aku tahu kau tak akan bisa bercerita seperti itu denganku, mungkin karena
aku lelaki dan kau seorang gadis. Oleh karenanya, agar aku tahu ceritamu aku
harus menguping.”
Lalu
ia tertawa terbahak-bahak, dan aku memandangnya serius. Aku tahu, tawanya itu
sangat dibuat-buat. Aku terus menatapnya, dan tiba-tiba ekspresinya menjadi sejuta
kali lebih serius. Ia tertegun, lalu berkata:
“Anaku, 19 tahun sudah aku
menyaksikanmu tumbuh. Mungkin ini saatnya kau harus menemukan jati dirimu,
tidak lagi mencari. Kesabaran itu, ujiannya datang tiba-tiba dan kau harus
sigap. Termasuk masalah perasaan. Kini kau sedang jatuh cinta bukan?”
Sial,
bagaimana mungkin Ayah tahu? Matilah aku, ketahuan aku sudah punya pacar!
Arghhhhh...
“Nak, Ayah pernah berumur 19
tahun. Sebagai lelaki normal, melihat gadis sepertimu tentu Ayah akan jatuh
cinta! Siapapun lelaki itu, sampaikan ini padanya:
·
Aku tak pernah melarang anaku
bergaul dengan siapa saja, termasuk denganmu. Bagiku, kebahagiaannya adalah segala-galanya. Kau ku ijinkan
menyukainya, mendekatinya, dan memacarinya. Bahkan jika kau berkhayal ingin memperistrinya,
terserah! Jika aku masih seumuranmu tentunya aku juga begitu, kita lelaki
bung!! Hahahaha... tapi satu hal yang harus kau ingat, aku adalah orang pertama yang akan membunuhmu jika kau melukainya! Kelak
kau akan memahami rasanya sebagai AYAH. Yang
ku pinta darimu, jaga kehormatan putriku
jika kau menyayanginya. Hargai ia sebagai perempuan, selayaknya kau menghormati
ibumu. Suatu hari nanti jika takdir
bersama kita, kau akan duduk satu meja denganku dan menyeruput kopi bersama.
Aku selalu butuh partner, tapi saat ini aku tak akan berhenti mengawasimu!
Aaaaaaahhhh...
gila..!!! pernahkah kau mendengar malaikat bicara? Aku pernah, baru saja...!
dialah Ayah yang tak henti ingin melindungi anak gadisnya, walau suatu saat
nanti pasti ia akan ditinggalkan. Tapi Ayah tak akan bodoh memilih partnernya,
karena kepadanya kelak ia akan menitipkan anak gadisnya.
Malam
itu, menjadi malam yang sangat panjang bagi kami. Pertama kalinya, aku duduk
semeja dan bercerita segala hal dengannya.. luar biasa, aku ngobrol dengan
malaikat..!